Kamis, 20 Juni 2013

PROMOSI KESEHATAN SEVEN JUMP


PERENCANAAN DAN EVALUASI PROMKES

OLEH :
Raden Surahmat
12131011115

DOSEN :
SUZANNA, S.Pd, MPH
ROBIATUL ADAWIYAH, SKM, MPH



PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Perencanaan DanEvaluasi  Promosi Kesehatan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada para pihak yang turut serta membantu kelancaran tugas ini, terutama dosen mata kuliah Perencanaan Dan Evaluasi Promosi Kesehatan yang telah memberi banyak ilmu kepada kami mahasiswa. Tidak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan tugas ini.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis dalam hal ini banyak memperoleh bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini. Akhirnya, penulis berharap semoga dikemudan hari tugas ini dapat bermanfaat dan menjadi pedoman dalam pembelajaran mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan.

                                                                                                                 Palembang,     Juni 2013
                                                                                                                                      
                                                                                                                                                Penulis






BAB I
PENDAHULUAN

Dalam Global Conference on Health Promotion bulan Oktober 2009 di  Nairobi, Kenya disebutkan bahwa promosi kesehatan merupakan “main stream” dalam upaya kesehatan. Hal tersebut mempunyai arti bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu kegiatan utama dalam mencapai status kesehatan yang optimal, dan seharusnya dilakukan oleh semua profesi kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan kegiatan yang dirancang dengan cermat dan dilaksanakan berdasarkan bukti ilmiah. Oleh karena itu kegiatan promosi kesehatan perlu dirancang secara sistematis dan pelaksanaannya bertahap,  mulai dari identifikasi adanya permasalahan kesehatan, penilaian kebutuhan, perancangan, implementasi dan sampai pada evaluasi program.
Dalam perkuliahan ini banyak sekali yang penulis dapatkan terutama metode ”seven jump” yang terdiri dari :
1.    Identifikasi dan penjelasan terminology serta konsep-konsep yang belum dipahami yang terdapat dalam scenario
2.    Mendefinisikan masalah yang perlu ditangani
3.    Melakukan analisis terhadap masalah yang ada berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
4.    Membuat mind mapping
5.    Menentukan tujuan pembelajaran (learning objectives)
6.    Mencari referensi pendukung untuk menganalisis masalah sesuai scenario
7.    Melakukan analisis terhadap masalah yang ada berdasarkan referensi yang ada serta membuat kesimpulan (summary)





BAB II
PEMBAHASAN

2.1         COMMUNITY ANALISIS
Community Analisis sangat berperan dalam penetapan masalah dan tujuan promosi kesehatan. Dalam menentukan determinan kesehatan diperlukan analisa terhadap masalah yang ada
Berdasarkan scenario yang ada didapatkan beberapa permasalahan yang ada antara lain tentang penyakit yang tidak menular yang menjadi penyebab terjadinya kematian di dunia, cara menangani perilaku merokok serta tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang semuala diketahui hanya terdapa 10 indikator akan tetapi pada scenario yang ada terdapat 20 indikator PHBS.
Setelah melalui proses pembelajaran maka diketahui bahwa PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan serta berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat(DEPKES, 2006)
Indikator nasional PHBS ada 10, yaitu :

1.   Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2.   Memberi bayi ASI Eksklusif
3.   Menimbang balita setiap bulan
4.   Menggunakan Air Bersih
5.   Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6.   Menggunakan jamban sehat
7.   Memberantas jentik di rumah
8.   Makan sayur dan buah setiap hari
9.   Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10.       Tidak merokok di dalam rumah


Untuk Kabupaten Sleman ditetapkan 20 indikator PHBS, yaitu :

1.   Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2.   Memberi bayi ASI Eksklusif
3.   Menimbang balita setiap bulan
4.   Menggunakan Air Bersih
5.   Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6.   Menggunakan jamban sehat
7.   Memberantas jentik di rumah
8.   Makan sayur dan buah setiap hari
9.   Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10.  Tidak merokok di dalam rumah
11.  Gizi Seimbang
12.  Memeriksakan kehamilan sesuai standar
13.  Memiliki jaminan kesehatan
14.  Imunisasi lengkap pada bayi
15.  PUS ikut KB
16.  Lantai rumah bukan dari tanah
17.  Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
18.  Pengelolaan sampah
19.  Memiliki TOGA
20.  Kebiasaan gosok gigi


Hubungan antara penyakit tidak menular dengan perilaku masyarakat dan peran promkes terhadap determinan kesehatan merupakan masalah yang tengah dihadapi oleh masyarakat pada saat ini, terutama pada masyarakat yang tinggal di perkotaan yang sangat rentan terjadi karena gaya hidup. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada setiap manusia disetiap kalangan.
Dalam melakukan promosi kesehatan hendaknya berdasarkan pada Indikator Nasional Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang didalamnya mencakup semua tindakan yang dapat meningkatkan status kesehatan masyarakt. Dasar pemikiran dari PHBS adalah karena faktor perilaku(behavior) memiliki andil yang sangat besar dibandingkan factor lingkungan terhadap derajat kesehatan. Mengingat akan hal tersebut maka peran promotor dalam memberikan promosi kesehatan sangatlah penting karen sangatlah sulit untuk merubah perilaku manusia. Merubah perilaku serta memberikan pemahaman akan setiap tujuan, manfaat dari apa yang menjadi tujuan yang diharapkan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Determinan kesehatan menurut Hendrik L. Bloom tediri dari (health service, environment, genetic, behavior). Menurut saya Ini merupakan fokus dari promosi kesehatan  selain dari kebijakan dari pemerintah serta tugas yang harus diemban oleh petugas kesehatan terhadap status kesehatan yang lebih baik. Kesehatan optimal didefinisikan sebagai keseimbangan dari kesehatan fisik, emosional, sosial, spiritual dan intelektual. Perubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui kombinasi upaya untuk meningkatkan kesadaran, mengubah perilaku dan menciptakan lingkungan yang mendukung praktek kesehatan yang baik. Dari ketiga hal tersebut, dukungan lingkungan akan memberikan kemungkinan dampak terbesar dalam menghasilkan perubahan pada akhirnya. ( Terjemahan : American Journal of Health Promotion, 1989)
Dalam melakukan promosi kesehatan hendaknya berdasarkan pada Indikator Nasional Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang didalamnya mencakup semua tindakan yang dapat meningkatkan status kesehatan masyarakt. Dasar pemikiran dari PHBS adalah karena faktor perilaku(behavior) memiliki andil yang sangat besar dibandingkan factor lingkungan terhadap derajat kesehatan. Mengingat akan hal tersebut maka peran promotor dalam memberikan promosi kesehatan sangatlah penting karen sangatlah sulit untuk merubah perilaku manusia. Merubah perilaku serta memberikan pemahaman akan setiap tujuan, manfaat dari apa yang menjadi tujuan yang diharapkan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam melakukan analasis komunitas hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kesehatan yang dimulai dari pengumpulan data dari beberapa sumber dengan menggunakan bermacam cara untuk mendapatkan data tersebut. Perubahan gaya hidup yang dimaksud dalam definisi tersebut di atas, merupakan produk simultan dari perubahan perilaku yang didasari oleh peningkatan kesadaran dan pembentukan lingkungan yang kondusif bagi perilaku sehat. Semua upaya tersebut memerlukan bantuan promotor kesehatan yang memulai kegiatannya dengan melakukan analisis terhadap komunitas. Dengan melakukan analisis komunitas, promotor kesehatan dapat menentukan bentuk perilaku baru yang diharapkan akan diadopsi oleh masyarakat. Tingkat keberhasilan masyarakat dalam mengadopsi perilaku baru yang ditawarkan bergantung pada metode komunikasi yang digunakan, dan metode komunikasi tersebut dapat dipilih secara tepat, juga atas hasil analisis komunitas. Dari perspektif ini, dapat dikatakan bahwa analisis komunitas merupakan kegiatan yang menjadi sumber berbagai informasi yang diperlukan dalam menentukan langkah kegiatan selanjutnya.
Permasalahann pada skenarioa adalah factor resiko penyakit tidak menular salah satunya adalah perilaku merokok. Banyak perilaku yang dilakukan mnusia salah satunya adalah perilaku merokok. Perilaku merokok merupakan masalah umum yang sering dijumpaiyang bersumber dari berapa kelompok sosial, individu, umur yang bervariasi karena rokok mudah untuk didapatkan dimana saja.
Untuk menaggulangi permasalahan tersebut dibutuhkan cara-cara yang efektif atau tindakan. Tindakan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah penyuluhan yang dapat dilakukan  bekerjsama dengan dinas kesehatan yang dikaitkan dengan dampak dari perilaku merokok itu sendiri.

2.2         NEED AND TARGET ASSESSMENT
Pelaku promkes dalam hal ini, setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat, telah mempelajari beberapa cara dalam mengidentifikasi  serta menganalisis best  practice program untuk mengembangkan rencana tersebut. Dalam hal ini pelaku promkes harus yakin bahwa program dan aktivitas yang akan dilaksanakan terencana, efektif, masyarakat ikut dilibatkan, ahli promkes yang handal dan sesuai dengan tujuan Need and taget assessment karena Proses mengidentifikasi situasi dan kondisi tertentu didalam masyarakat dimulai dari prilaku, lingkungan dan lain-lain dan dapat diperlukan untuk perencanaan dan pembuatan kebijakan promosi kesehatan (Hawe, Degeling & Hall 1990; Gillmore & Campbell, 1996). J
Menurut Ervin, 2010 Need assessment adalah sebuah proses identifikasi dan mencari solusi dari permasalahan masyarakat / institusi tanpa memperhatikan apakah program itu sudah dilakukan atau belum. Hawe, 1990 Mendefinisikan Need assesment adalah sebuah alat untuk menggali permasalahan kesehatan, merencanakan bentuk intervensi, kemudian dibutuhkan sumber data, peran kita dalam Need assessment tergantung posisi di organisasi. Menurut price et al, 2010 Need assessment adalah metode pendekatan formal pengumpulan data untuk mengidentifikasi kebutuhan dari kelompok atau individu.
Kesimpulannya bahwa Need assessment merupakan Identifikasi masalah dimasyarakat dengan metode mencari data untuk mendapatkan solusi sesuai dengan kebutuhan maasyarakat. :
a.    Informasi yang perlu dikaji/ pendefinisian masalah
b.    Instrument/alat ukur  yang digunakan (wawancara, angket, observasi)
c.    Model dari need assessment (discrepancy, marketing model, decision making model, participatory action model)
d.    Langkah-langkah (Identifikasi prioritas masalah kesehatan, Analisa masalah kesehatan, Menentukan cakupan need assessment, Mengumpulkan data, Menganalisa data, Melaporkan hasil temuan.
e.    Tingkat sasaran (primer, sekunder dan tersier(Advokasi)
·         Dirumah tangga, Institusi pendidikan, Tempat kerja, Tempat-tempat umum, Sarana/ Institusi kesehatan
Tingkat dan sasaran Dignan& carr, 1992 :
·         Intrapersonal Level, Interpersonal Level, Organizational Level, Community Level, Public Policy Level
f.     Tipe kebutuhan (Normative needs, Express needs, Comparative needs, Felt needs
g.    Sumber data dan metode pengumpulan data(data primer, data sekunder serta metode kuantitaif dan metode kualitatif)
h.    Pendekatan dan kerangka yang menjadi landasan (Pendekatan medik, perubahan perilaku, berpusat pada klien, perubahan sosial)
i.      Keterlibatan gender (dapat berbeda antara masyarakt sesuai dengan norma sosial dan budaya)
j.      Survey dan step (sebagai permulaan dalam penetapan kebutuhan) terdiri dari menentukan tujuan, identifikasi populasi dan sampel, rancangan instrument yang akan digunakan serta langkah-langkah yang akan diambil di analisa data.
Dalam melakukan need and target assessment diperlukan langkah-langkah, metode yang paling tepat serta tingkat sasaran program untuk waktu yang lama. Tentunya harus melihat prioritas malsalah yang paling penting serta melihat dan memahami kebutuhan masyarakat. Dikarenakan rokok merupakan sajian “wajib” dalam rapat maupun acara-acara dimayarakatsehingga mempromosikan masalah merokok membuthkan perencanaan yang cukup baikuntuk menghindari penolakan dari sasaran(masyarakat) yang terpenting adalah PENDEKATAN kepada masyakat


.
2.3          PROGRAM PLANNING
Salah satu tahapan dalam proses promosi kesehatan adalah merancang program. Proses merancang program ini merupakan bagian dari proses promosi kesehatan yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan program promosi kesehatan yang dilakukan tersebut. Namun sayangnya, kenyataan di lapangan masih menunjukkan bahwa proses perencanaan program promosi kesehatan masih kurang mendapat perhatian dari para pelaku promosi kesehatan. Pada umumnya, konsentrasi pelaku promosi kesehatan lebih terfokus pada implementasi program promosi kesehatan itu sendiri. Banyak program promosi kesehatan yang dilakukan tanpa perencanaan atau dilakukan dengan perencanaan yang kurang matang.
Dalam menetapkan tujuan promosi kesehatan harus memenuhi persyaratan SMART (specific, measurable, appropriate, reasonable, time bound). Dalam promosi kesehatan terdapat 3 tujuan, yaitu :
a.      Tujuan jangka panjang (program goals)
Pedoman hasil akhir suatu program yang harus dicapai oleh individu, kelompok atau seluruh organisasi dalam waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan
b.      Tujuan jangka menengah (educational goals)
Merupakan hasil akhir dari pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai untuk menciptakan perilaku yang diinginkan.
c.      Tujuan jangka pendek (objective)
Merupakan gambaran hasil yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan tetapi tidak perlu berkaitan dengan jangka waktu tertentu.
Umumnya perencanaan tersebut hanya dilakukan oleh pelaksana program promosi kesehatan tanpa melibatkan sasaran maupun stakeholder lain yang terkait. Bahkan seringkali proses perencanaan dilakukan dengan tidak mempertimbangkan data-data yang ada. Perencanaan hanya dibuat dengan mengacu pada kegiatan pada tahun sebelumnya atau hanya berdasarkan tren saja. Di sisi lain, seorang ahli promosi kesehatan semestinya memiliki kompetensi untuk merencanakan program promosi kesehatan yang didasarkan pada data yang ada di lapangan dan dengan melibatkan masyarakat serta stakeholder yang terkait. Berkaitan dengan hal tersebut, keterampilan merancang program promosi kesehatan yang mengacu pada data yang ada sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sasaran serta dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia menjadi penting untuk dimiliki oleh mahasiswa Promosi Kesehatan. Oleh karenanya perancangan program promosi kesehatan semestinya dilakukan oleh setiap pelaku promosi kesehatan.
Secara lebih rinci bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya perencanaan dalam proses promosi kesehatan, evidence based health promotion, pentingnya pelibatan masyarakat dalam penyusunan perencanaan program promosi kesehatan, tentang berbagai teori perubahan perilaku dan aplikasinya,  tentang metode dan media promosi kesehatan,  dan perencanaan evaluasi program promosi kesehatan yang beradasarkan pada tujuan dari promosi kesehatan tersebut. Karena dalam hal ini telah ditetapkan Surat eputusan (SK) yang menuai protes dari warga masyarakat. Maka, dalam membuat keputusan selain menggunakan advokasi harus melihat kondisi dari masyarakat serta diperlukan keterampilan untuk melakukan sosialisai kebijakan karena setiap kebijakan jika tidak melihat kebutuhan serta kebiasaan masyarakat maka dapat dipastikan kebijakan tersebut tidak akan terealisasi.

2.4          IMPLEMENTASI
Dalam melakukan implementasi promosi kesehatan diperlukan beberapa pendukung antara lain adalah strategi, media dan metode yang tepat demi keberhasilan tujuan promosi kesehatan seta tidak lupa untuk melakukan ADVOKASi atau SOSIALISASI kepada tokoh masrakat atau pmpinan masyarakat agar SK yang telah dibuat dapat terlasanakan. Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan advokasi, bina suasana serta pemberdayaan masyarakat. Media yang dapat digunakan adalah multimedia, media elektronik dan non-elektronik. Metode yang dapat digunakan adalah pemantauan pelaksanaan program promkes serta wawancara terstruktur. Beberapa hal lain yang dapat dilakukan antara lain adalah memeperhitungkan biaya dalam pelaksanaan, melibatkan bidang lain selain promkes, memberikan ruang khusus terhadap perokok, mengkomunikasikan kawasan bebas asap rokok dengan menggunakan media iklan, leaflet dll ataupun public figure yang disegani masyarakat.
Secara lebih rinci, agar dapat mendemonstrasikan   penerapan strategi promkes melalui advokasi, kmunikasi networking, pemasaran sosial dan belajar mengajar, mengenali permasalahan serta pencegahan dalam promkes serta memiliki keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif.
Advokasi adalah langkah awal dalam melakukan implementasi promosi kesehatan karena advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu. Dalam bidang kesehatan advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (DEPKES, 2007).

2.5          EVALUASI
Berdasarkan perjalanan dari blok 1 sampai dengan 4, akhirnya penulis lebih dapat memahami bahwa melaksanakan program promosi kesehatan memerlukan perencanaan dan pengelolaan yang cermat, terutama bila ingin mendapatkan bukti keberhasilan program promosi kesehatan yang dilaksanakan. Monitoring yang telah dilaksanakan  pada pertengahan program yang lalu menunjukkan beberapa kegiatan yang harus ditinjau dan disempurnakan, termasuk kemungkinan adanya kegiatan yang mungkin tidak jadi dilaksanakan.
Dalam rapat monitoring program promosi kesehatan untuk mengubah kebiasaan merokok, pelaku promkes mengidentifikasi beberapa program yang memerlukan monitoring lebih detail, seperti pemberian teguran yang bagi perokok yang ketahuan merokok, penayangan iklan di radio FM dan penyebaran leaflet dan flyer, serta penerapan materi PHBS dalam kurikulum sekolah. Menurut materi yang dipelajari pelaku promkes pada pelatihan promosi kesehatan tahun lalu, detail monitoring akan membantu evaluasi hasil program nantinya. Selanjutnya, pelaku promkes yang juga baru saja mendapatkan tambahan pemahaman tentang kerangka evaluasi program promosi kesehatan versi CDC dan dimensi RE-AIM dalam seminar jarak jauh yang diikutinya ingin menerapkan hal-hal tersebut untuk melakukan evaluasi untuk program yang telah dilakukan. Apalagi pada rapat tersebut juga dibahas munculnya pertanyaan dari salah satu sasaran program di tengah kegiatan pemantauan rutin: “Apakah  kegiatan untuk perubahan kebiasaan merokok tersebut efektif dan efisien?”.
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, dalam pertemuan, pelaku promkes menyatakan bahwa evaluasi program kegiatan harus segera direalisasikan sesuai dengan rencana. Anggota rapat yang terdiri dari para koordinator kegiatan mengusulkan untuk mengundang kembali konsultan, agar mereka dapat merancang program evaluasi yang sesuai,  serta tepat sasaran dan waktunya. Selain itu, salah satu anggota rapat juga mengingatkan bahwa semua koordinator kegiatan harus meninjau kembali tujuan program yang telah ditetapkan di awal, agar kegiatan evaluasi program dapat menjelaskan ketercapaian tujuan program tersebut. Menurut anggota rapat yang mengusulkan hal tersebut, langkah tersebut merupakan salah satu penerapan filosofi evaluasi program promosi kesehatan. Berdasarkan rapat pemantauan tersebut, pelaku promkes merencanakan untuk menggelar kembali rapat koordinasi dengan konsultan.
Rapat koordinasi di Dinas kesehatan atas usulan tim pelaksana program promosi kesehatan untuk penghentian kebiasaan merokok baru saja dilaksanakan dan pelaku promkes sedang menyimak notulen hasil rapat. Di dalam notulen rapat disebutkan beberapa usulan konsultan dan anggota rapat.
Pertama yang diusulkan dalam rapat tersebut adalah evaluasi program yang akan dirancang harus meliputi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan, mulai dari pelaksanaan hukuman teguran pada perokok yang ketahuan merokok, pemasangan billboard, penayangan pesan promosi kesehatan melalui radio FM, penyebaran leaflet dan flyer, serta integrasi materi PHBS ke dalam kurikulum sekolah. Usulan ke dua adalah peninjauan kembali tujuan program, agar rancangan evaluasi dapat memperoleh jawaban atas tercapai tidaknya tujuan tersebut, sehingga dapat disusun instrumen yang tepat. Konsultan menambahkan bahwa indikator keberhasilan hendaknya ditetapkan berdasarkan tujuan program. Usulan ke tiga adalah berasal dari konsultan, mengingat tujuan program promosi kesehatan yang ingin dicapai ada beberapa dan strategi promosi cukup beragam, maka pelaksana program perlu meninjau kembali evaluasi program berdasarkan rancangan epidemiologis dan penelitian sosial. Selain itu konsultan juga menambahkan perlunya kajian efektivitas penerapan kawasan merokok sebagai salah satu kebijakan berwawasan kesehatan yang telah dilakukan.
Pelaku promkes juga ingat bahwa konsultan mengatakan bahwa evaluasi program promosi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Selain itu ada sedikit perbedaan dalam melakukan evaluasi program terhadap beberapa strategi promosi kesehatan, sehingga rancangan evaluasi program promosi kesehatannya harus benar-benar disusun secara tepat dan detail. Lebih lanjut pelaku promkes juga ingin menerapkan kerangka evaluasi program promosi kesehatan versi CDC dan dimensi RE-Aim dalam melakukan evaluasi program promosi kesehatan yang telah dilakukan.
Oleh karena pelaku promkes menginginkan program promosi kesehatan untuk mengubah kebiasaan merokok ini disusun sempurna, pertemuan lanjutan khusus dengan Anda sebagai konsultan evaluasi program dan para koordinator kegiatan akan dilaksanakan minggu depan. Namun demikian, pelaku promkes ingin bertemu dengan Anda untuk membahas dahulu secara rinci hasil rapat koordinasi dan merancang draft evaluasi program sebelum pertemuan dengan para koordinator setiap kegiatan. Pelaku promkes juga ingin pada saat rapat dengan para koordinator nanti paling tidak rancangan instrumen evaluasi sudah ada garis besarnya.
Kembali pada skenario unit belajar 2, pertemuan dengan Anda sebagai konsultan evaluasi program promosi kesehatan telah dilakukan. Sebagai konsultan, Anda  mengusulkan bahwa penyusunan rancangan evaluasi program promosi kesehatan harus juga mencakup rancangan analisis yang akan dilakukan terhadap data yang dikumpulkan. Selain itu Anda juga mengingatkan pelaku promkes untuk mulai menyusun “out-line” laporan dan memikirkan keterkaitan antara hasil evaluasi program yang akan dilakukan dengan keberlangsungan program tersebut. Sebagai konsultan, Anda juga menambahkan bahwa untuk mengubah kebiasaan atau perilaku membutuhkan program yang berkesinambungan. Anda juga menggarisbawahi bahwa evaluasi program yang dilakukan ini sebaiknya digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan program promosi kesehatan berikutnya.
Pelaku promkes kembali mengadakan pertemuan dengan para koordinator kegiatan promosi kegiatan untuk pengubahan kebiasaan merokok dengan membawa draft rancangan evaluasi program promosi kesehatan berdasarkan hasil pertemuan dengan Anda sebagai konsultan evaluasi program promosi kesehatan. Sebelum pelaku promkes memaparkan draft rancangan evaluasi program tersebut, pelaku promkes meminta setiap koordinator untuk memberikan usulan evaluasi program promosi kesehatan sesuai dengan bidang kegiatannya. Sekali lagi pelaku promkes menekankan pentingnya penggunaan kerangka evaluasi program promosi kesehatan versi CDC dan dimensi RE-AIM sebagai dasar evaluasi program yang akan dilaksanakan.
Koordinator kegiatan pelaksanaan hukuman teguran pada perokok yang ketahuan merokok mengusulkan evaluasi kualitatif dan kuantitatif, berdasar metode penelitian sosial dan kebijakan, mengingat pelaksanaan hukuman merupakan penerapan kebijakan. Sementara itu koordinator pemasangan billboard masih bingung terhadap indikator keberhasilan, apalagi rancangan dan instrumennya. Koordinator program promosi kesehatan melalui radio FM telah merencanakan penggunaan instrumen survei, sehingga pendekatannya menurut koordinator tersebut adalah lebih pada kuantitatif. Koordinator pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah telah berbicara dengan beberapa sekolah dan ada kemungkinan yang dilakukan adalah survei untuk mengetahui perubahan pengetahuan dan status merokok siswa selama kurang lebih 1 tahun program tersebut telah berjalan. Pihak sekolah mengijinkan untuk dilaksanakan survei tersebut. Ada usulan dari salah satu anggota rapat untuk menambahkan evaluasi kualitatif, terutama pada kurikulum PHBS yang diterapkan, karena menurut pengusul tersebut, masukan dalam evaluasi kualitatif akan lebih kaya daripada evaluasi kuantitatif dan lebih dapat digunakan untuk perbaikan program selanjutnya. Terakhir koordinator kegiatan penyebaran leaflet dan flyer masih juga sedikit kebingungan seperti halnya koordinator kegiatan pemasangan billboard.
Setelah mendengar pemaparan para koordinator program, pelaku promkes menyatakan terima kasih atas usaha dan usulnya dan bagi yang belum dapat memberikan usulan tidak perlu kuatir, karena pelaku promkes tetap mengikutsertakan konsultan dalam evaluasi programnya. Pelaku promkes kemudian memaparkan hasil pertemuannya dengan Anda sebagai konsultan. Pada pemaparannya tersebut, pelaku promkes mengemukakan ada beberapa indikator umum yang akan ditetapkan, seperti pemahaman masyarakat terhadap adanya kebijakan kawasan tanpa rokok, penerimaan dan kepatuhan perokok terhadap penerapan kawasan tanpa rokok. Selain indikator umum tersebut, pelaku promkes bersama seluruh koordinator kegiatan akan menetapkan indikator khusus, yang dapat diukur melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kepada pengusul kegiatan survei, pelaku promkes mengingatkan untuk segera menyusun instrumen serta rancangan analisis datanya, demikian pula usulan uji statistiknya. Kepada pengusul kegiatan evaluasi kualitatif, pelaku promkes juga meminta hal yang sama, mereka diminta membuat rancangan sampai dengan rancangan analisis data kualitatifnya.
Kepada yang belum mengusulkan rancangan kegiatan evaluasi programnya pelaku promkes meminta pertemuan khusus dengan mengundang Anda sebagai konsultan untuk membantu mereka. Sementara pertemuan selanjutnya dengan semua koordinator kegiatan setelah mereka menyusun rancangan evaluasi akan dilaksanakan setelah pertemuan khusus tersebut. Sebagai konsultan Anda tetap diundang untuk memberikan masukan pada rancangan evaluasi program yang umum dan per detail kegiatan,   terutama rancangan  analisis dan interpretasi hasilnya, baik kuantitatif maupun kualitatif, serta pendekatan metode epidemiologi, ilmu sosial dan kebijakan sebagai landasannya.
Secara lebih rinci, pembelajaran ini bertujuan untuk menguasai filosofi dasar program promosi kesehatan dimana dilamnya terdapat beberapa tahapan yang salah satunya adalah evaluasi program. Dalam melakukan evaluasi program diperlukan beberapa tahapan. Salah satunya adalah melakukan rancangan metode yang akan digunakan dalam evaluasi program apakah akan dilakukan dengan metode kuantitaif atau kualitatif. Tentunya jika sudah ditentukan metode yang digunakan maka didalamnya terdapat instrument pengukuran terhadap evaluasi program yang telah dilaksanakan pada tahapan implementasi maupun dari awal dilakukannya program promosi kesehatan. Tidak lupa untuk melihat kembali indicator yang akan digunakan dalam pengukuran pencapaian keberhasilan program promkes serta ketepatan apakah program telah sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam evaluasi program promosi kesehatan tentunya tidak luput dari penggunaan statistic karena metedo yang digubnakan salah satunya adalah kuantitatif serta pendekatan metode penelitian sosial metode kualitatif untuk mengukur keberhasilan program. Di akhir program tentunya akan menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat dalam bentuk laporan akhir yanterdiri dari :

a.    Latar Belakang Masalah
b.    Rumusan Masalah
c.    Tujuan
d.    Manfaat
e.    Landasan Teori
f.     Kerangka Konsep
g.    Hipotesis
h.    Rancangan Penelitian
i.      Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
j.      Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
k.    Proses Pelaksanaan Kegiatan
l.      Evaluasi Kegiatan
m.   Hasil dan Pembahasan
n.    Kesimpulan
o.    Rekomendasi
p.    Referensi
q.    Lampiran (instrumen evaluasi dan instrumen intervensi, data (transkrip, output statistik), dan dokumentasi)









PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah saya, mahasiswa minat Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pekerjaan tugas blok tersebut diatas adalah benar-benar hasil pekerjaan saya pribadi dan bukan hasil pekerjaan menyalin, atau meniru keseluruhan maupun sebagian hasil pekerjaan teman atau orang lain. Apabila saya sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut diatas, maka saya bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap tidak mengumpulkan tugas tersebut.  Selain itu jika naskah yang sama, baik keseluruhan atau sebagian, keduanya dianggap tidak mengumpulkan tugas.
                                                                                    Yang membuat pernyataan

                                                                                          RADEN SURAHMAT
                                                                                                (12131011115)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar