PERENCANAAN
DAN EVALUASI PROMKES
OLEH
:
Raden Surahmat
12131011115
DOSEN
:
SUZANNA, S.Pd, MPH
ROBIATUL ADAWIYAH, SKM, MPH
PROGRAM
PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Perencanaan DanEvaluasi Promosi Kesehatan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada para pihak yang turut serta membantu kelancaran tugas ini, terutama
dosen mata kuliah Perencanaan Dan Evaluasi Promosi Kesehatan yang telah
memberi banyak ilmu kepada kami mahasiswa. Tidak ada gading yang tak retak,
begitu juga dengan tugas ini.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini,
penulis dalam hal ini banyak memperoleh bantuan, bimbingan, dan saran dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa pembuatan tugas ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga dikemudan hari tugas ini dapat bermanfaat dan
menjadi pedoman dalam pembelajaran mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi
Promosi Kesehatan.
Palembang, Juni 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam Global Conference on Health Promotion
bulan Oktober 2009 di Nairobi, Kenya
disebutkan bahwa promosi kesehatan merupakan “main stream” dalam upaya kesehatan. Hal tersebut mempunyai arti
bahwa promosi kesehatan merupakan salah satu kegiatan utama dalam mencapai
status kesehatan yang optimal, dan seharusnya dilakukan oleh semua profesi
kesehatan.
Promosi
kesehatan merupakan kegiatan yang dirancang dengan cermat dan dilaksanakan
berdasarkan bukti ilmiah. Oleh karena itu kegiatan promosi kesehatan perlu
dirancang secara sistematis dan pelaksanaannya bertahap, mulai dari identifikasi adanya permasalahan
kesehatan, penilaian kebutuhan, perancangan, implementasi dan sampai pada
evaluasi program.
Dalam
perkuliahan ini banyak sekali yang penulis dapatkan terutama metode ”seven jump” yang terdiri dari :
1.
Identifikasi
dan penjelasan terminology serta konsep-konsep yang belum dipahami yang
terdapat dalam scenario
2.
Mendefinisikan
masalah yang perlu ditangani
3.
Melakukan
analisis terhadap masalah yang ada berdasarkan pengetahuan yang dimiliki
4.
Membuat
mind
mapping
5.
Menentukan
tujuan pembelajaran (learning objectives)
6.
Mencari
referensi pendukung untuk menganalisis masalah sesuai scenario
7.
Melakukan
analisis terhadap masalah yang ada berdasarkan referensi yang ada serta membuat
kesimpulan (summary)
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
COMMUNITY
ANALISIS
Community Analisis sangat berperan dalam penetapan
masalah dan tujuan promosi kesehatan. Dalam menentukan determinan kesehatan
diperlukan analisa terhadap masalah yang ada
Berdasarkan
scenario yang ada didapatkan beberapa permasalahan yang ada antara lain tentang
penyakit yang tidak menular yang menjadi penyebab terjadinya kematian di dunia,
cara menangani perilaku merokok serta tentang perilaku hidup bersih dan sehat
yang semuala diketahui hanya terdapa 10 indikator akan tetapi pada scenario
yang ada terdapat 20 indikator PHBS.
Setelah
melalui proses pembelajaran maka diketahui bahwa PHBS adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri dibidang kesehatan serta berperan aktif mewujudkan kesehatan
masyarakat(DEPKES, 2006)
Indikator
nasional PHBS ada 10, yaitu :
1.
Persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan
2.
Memberi
bayi ASI Eksklusif
3.
Menimbang
balita setiap bulan
4.
Menggunakan
Air Bersih
5.
Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun
6.
Menggunakan
jamban sehat
7.
Memberantas
jentik di rumah
8.
Makan
sayur dan buah setiap hari
9.
Melakukan
aktifitas fisik setiap hari
10.
Tidak
merokok di dalam rumah
Untuk
Kabupaten Sleman ditetapkan 20 indikator PHBS, yaitu :
1.
Persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan
2.
Memberi
bayi ASI Eksklusif
3.
Menimbang
balita setiap bulan
4.
Menggunakan
Air Bersih
5.
Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun
6.
Menggunakan
jamban sehat
7.
Memberantas
jentik di rumah
8.
Makan
sayur dan buah setiap hari
9.
Melakukan
aktifitas fisik setiap hari
10.
Tidak
merokok di dalam rumah
11.
Gizi
Seimbang
12.
Memeriksakan
kehamilan sesuai standar
13.
Memiliki
jaminan kesehatan
14.
Imunisasi
lengkap pada bayi
15.
PUS
ikut KB
16.
Lantai
rumah bukan dari tanah
17.
Pemanfaatan
sarana pelayanan kesehatan
18.
Pengelolaan
sampah
19.
Memiliki
TOGA
20.
Kebiasaan
gosok gigi
Hubungan
antara penyakit tidak menular dengan perilaku masyarakat dan peran promkes
terhadap determinan kesehatan merupakan masalah yang tengah dihadapi oleh
masyarakat pada saat ini, terutama pada masyarakat yang tinggal di perkotaan
yang sangat rentan terjadi karena gaya hidup. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan terjadi pada setiap manusia disetiap kalangan.
Dalam
melakukan promosi kesehatan hendaknya berdasarkan pada Indikator Nasional
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang didalamnya mencakup semua tindakan yang
dapat meningkatkan status kesehatan masyarakt. Dasar pemikiran dari PHBS adalah
karena faktor perilaku(behavior)
memiliki andil yang sangat besar dibandingkan factor lingkungan terhadap
derajat kesehatan. Mengingat akan hal tersebut maka peran promotor dalam
memberikan promosi kesehatan sangatlah penting karen sangatlah sulit untuk
merubah perilaku manusia. Merubah perilaku serta memberikan pemahaman akan
setiap tujuan, manfaat dari apa yang menjadi tujuan yang diharapkan tidak
semudah membalikkan telapak tangan.
Determinan
kesehatan menurut Hendrik L. Bloom tediri dari (health service, environment, genetic, behavior). Menurut saya Ini
merupakan fokus dari promosi kesehatan
selain dari kebijakan dari pemerintah serta tugas yang harus diemban
oleh petugas kesehatan terhadap status kesehatan yang lebih baik. Kesehatan
optimal didefinisikan sebagai keseimbangan dari kesehatan fisik, emosional,
sosial, spiritual dan intelektual. Perubahan gaya hidup dapat difasilitasi
melalui kombinasi upaya untuk meningkatkan kesadaran, mengubah perilaku dan
menciptakan lingkungan yang mendukung praktek kesehatan yang baik. Dari ketiga
hal tersebut, dukungan lingkungan akan memberikan kemungkinan dampak terbesar
dalam menghasilkan perubahan pada akhirnya. ( Terjemahan : American Journal of
Health Promotion, 1989)
Dalam
melakukan promosi kesehatan hendaknya berdasarkan pada Indikator Nasional
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang didalamnya mencakup semua tindakan yang
dapat meningkatkan status kesehatan masyarakt. Dasar pemikiran dari PHBS adalah
karena faktor perilaku(behavior)
memiliki andil yang sangat besar dibandingkan factor lingkungan terhadap
derajat kesehatan. Mengingat akan hal tersebut maka peran promotor dalam memberikan
promosi kesehatan sangatlah penting karen sangatlah sulit untuk merubah
perilaku manusia. Merubah perilaku serta memberikan pemahaman akan setiap
tujuan, manfaat dari apa yang menjadi tujuan yang diharapkan tidak semudah
membalikkan telapak tangan.
Dalam
melakukan analasis komunitas hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dimulai dari pengumpulan data dari
beberapa sumber dengan menggunakan bermacam cara untuk mendapatkan data
tersebut. Perubahan gaya hidup yang dimaksud dalam definisi tersebut di atas,
merupakan produk simultan dari perubahan perilaku yang didasari oleh
peningkatan kesadaran dan pembentukan lingkungan yang kondusif bagi perilaku
sehat. Semua upaya tersebut memerlukan bantuan promotor kesehatan yang memulai
kegiatannya dengan melakukan analisis terhadap komunitas. Dengan melakukan
analisis komunitas, promotor kesehatan dapat menentukan bentuk perilaku baru
yang diharapkan akan diadopsi oleh masyarakat. Tingkat keberhasilan masyarakat
dalam mengadopsi perilaku baru yang ditawarkan bergantung pada metode
komunikasi yang digunakan, dan metode komunikasi tersebut dapat dipilih secara
tepat, juga atas hasil analisis komunitas. Dari perspektif ini, dapat dikatakan
bahwa analisis komunitas merupakan kegiatan yang menjadi sumber berbagai
informasi yang diperlukan dalam menentukan langkah kegiatan selanjutnya.
Permasalahann pada skenarioa
adalah factor resiko penyakit tidak menular salah satunya adalah perilaku
merokok. Banyak perilaku yang dilakukan mnusia salah satunya adalah perilaku
merokok. Perilaku merokok merupakan masalah umum yang sering dijumpaiyang
bersumber dari berapa kelompok sosial, individu, umur yang bervariasi karena
rokok mudah untuk didapatkan dimana saja.
Untuk menaggulangi
permasalahan tersebut dibutuhkan cara-cara yang efektif atau tindakan. Tindakan
yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah penyuluhan yang dapat dilakukan bekerjsama dengan dinas kesehatan yang
dikaitkan dengan dampak dari perilaku merokok itu sendiri.
2.2
NEED
AND TARGET ASSESSMENT
Pelaku
promkes dalam hal ini, setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi
masyarakat, telah mempelajari beberapa cara dalam mengidentifikasi serta menganalisis best practice program untuk mengembangkan rencana
tersebut. Dalam hal ini pelaku promkes harus yakin bahwa program dan aktivitas
yang akan dilaksanakan terencana, efektif, masyarakat ikut dilibatkan, ahli
promkes yang handal dan sesuai dengan tujuan Need and taget assessment karena Proses
mengidentifikasi situasi dan kondisi tertentu didalam masyarakat dimulai dari prilaku,
lingkungan dan lain-lain dan dapat diperlukan untuk perencanaan dan pembuatan
kebijakan promosi kesehatan (Hawe, Degeling & Hall 1990; Gillmore &
Campbell, 1996). J
Menurut Ervin, 2010 Need assessment
adalah sebuah proses identifikasi dan mencari solusi dari permasalahan
masyarakat / institusi tanpa memperhatikan apakah program itu sudah dilakukan
atau belum. Hawe, 1990 Mendefinisikan
Need assesment adalah sebuah alat untuk menggali permasalahan kesehatan,
merencanakan bentuk intervensi, kemudian dibutuhkan sumber data, peran kita
dalam Need assessment tergantung posisi di organisasi. Menurut price et al, 2010 Need
assessment adalah metode pendekatan formal pengumpulan data untuk
mengidentifikasi kebutuhan dari kelompok atau individu.
Kesimpulannya bahwa Need assessment
merupakan Identifikasi masalah dimasyarakat dengan metode mencari data untuk
mendapatkan solusi sesuai dengan kebutuhan maasyarakat. :
a.
Informasi
yang perlu dikaji/ pendefinisian masalah
b.
Instrument/alat
ukur yang digunakan (wawancara, angket,
observasi)
c.
Model
dari need assessment (discrepancy, marketing model, decision making model,
participatory action model)
d.
Langkah-langkah
(Identifikasi prioritas masalah kesehatan, Analisa masalah kesehatan, Menentukan cakupan need assessment, Mengumpulkan
data, Menganalisa data, Melaporkan hasil temuan.
e.
Tingkat
sasaran (primer, sekunder dan tersier(Advokasi)
·
Dirumah
tangga, Institusi pendidikan, Tempat kerja, Tempat-tempat umum, Sarana/
Institusi kesehatan
Tingkat dan sasaran Dignan& carr, 1992 :
·
Intrapersonal Level, Interpersonal Level,
Organizational Level, Community Level, Public Policy Level
f.
Tipe
kebutuhan (Normative needs, Express needs, Comparative needs, Felt needs
g.
Sumber
data dan metode pengumpulan data(data primer, data sekunder serta metode
kuantitaif dan metode kualitatif)
h.
Pendekatan
dan kerangka yang menjadi landasan (Pendekatan medik, perubahan perilaku,
berpusat pada klien, perubahan sosial)
i.
Keterlibatan
gender (dapat berbeda antara masyarakt sesuai dengan norma sosial dan budaya)
j.
Survey
dan step (sebagai permulaan dalam penetapan kebutuhan) terdiri dari menentukan
tujuan, identifikasi populasi dan sampel, rancangan instrument yang akan
digunakan serta langkah-langkah yang akan diambil di analisa data.
Dalam
melakukan need and target assessment diperlukan langkah-langkah, metode yang
paling tepat serta tingkat sasaran program untuk waktu yang lama. Tentunya harus
melihat prioritas malsalah yang paling penting serta melihat dan memahami
kebutuhan masyarakat. Dikarenakan rokok merupakan sajian “wajib” dalam rapat
maupun acara-acara dimayarakatsehingga mempromosikan masalah merokok membuthkan
perencanaan yang cukup baikuntuk menghindari penolakan dari sasaran(masyarakat)
yang terpenting adalah PENDEKATAN kepada masyakat
.
2.3
PROGRAM PLANNING
Salah satu tahapan dalam proses
promosi kesehatan adalah merancang program. Proses merancang program ini
merupakan bagian dari proses promosi kesehatan yang cukup penting dan memberikan
kontribusi yang besar terhadap keberhasilan program promosi kesehatan yang
dilakukan tersebut. Namun sayangnya, kenyataan di lapangan masih menunjukkan
bahwa proses perencanaan program promosi kesehatan masih kurang mendapat
perhatian dari para pelaku promosi kesehatan. Pada umumnya,
konsentrasi pelaku promosi kesehatan lebih terfokus pada implementasi program
promosi kesehatan itu sendiri. Banyak program promosi kesehatan yang dilakukan tanpa
perencanaan atau dilakukan dengan perencanaan yang kurang matang.
Dalam
menetapkan tujuan promosi kesehatan harus memenuhi persyaratan SMART (specific,
measurable, appropriate, reasonable, time bound). Dalam promosi kesehatan
terdapat 3 tujuan, yaitu :
a.
Tujuan
jangka panjang (program goals)
Pedoman
hasil akhir suatu program yang harus dicapai oleh individu, kelompok atau
seluruh organisasi dalam waktu tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan
b.
Tujuan
jangka menengah (educational goals)
Merupakan
hasil akhir dari pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai untuk
menciptakan perilaku yang diinginkan.
c.
Tujuan
jangka pendek (objective)
Merupakan
gambaran hasil yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan tetapi tidak
perlu berkaitan dengan jangka waktu tertentu.
Umumnya perencanaan tersebut hanya
dilakukan oleh pelaksana program promosi kesehatan tanpa melibatkan sasaran
maupun stakeholder lain yang terkait.
Bahkan seringkali proses perencanaan dilakukan dengan tidak mempertimbangkan
data-data yang ada. Perencanaan hanya dibuat dengan mengacu pada kegiatan
pada tahun sebelumnya atau hanya berdasarkan tren saja. Di sisi lain,
seorang ahli promosi kesehatan semestinya memiliki kompetensi untuk
merencanakan program promosi kesehatan yang didasarkan pada data yang ada di
lapangan dan dengan melibatkan masyarakat serta stakeholder yang terkait. Berkaitan dengan hal tersebut,
keterampilan merancang program promosi kesehatan yang mengacu pada data yang
ada sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sasaran serta dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia menjadi penting untuk dimiliki oleh
mahasiswa Promosi Kesehatan. Oleh karenanya perancangan
program promosi kesehatan semestinya dilakukan oleh setiap pelaku promosi
kesehatan.
Secara lebih rinci bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman tentang pentingnya perencanaan dalam proses promosi kesehatan, evidence based health promotion,
pentingnya pelibatan masyarakat dalam penyusunan perencanaan program
promosi kesehatan, tentang
berbagai teori perubahan perilaku dan aplikasinya, tentang metode dan
media promosi kesehatan, dan
perencanaan evaluasi program promosi kesehatan yang beradasarkan pada tujuan dari
promosi kesehatan tersebut. Karena dalam hal ini telah ditetapkan Surat
eputusan (SK) yang menuai protes dari warga masyarakat. Maka, dalam membuat keputusan
selain menggunakan advokasi harus melihat kondisi dari masyarakat serta
diperlukan keterampilan untuk melakukan sosialisai kebijakan karena setiap
kebijakan jika tidak melihat kebutuhan serta kebiasaan masyarakat maka dapat
dipastikan kebijakan tersebut tidak akan terealisasi.
2.4
IMPLEMENTASI
Dalam
melakukan implementasi promosi kesehatan diperlukan beberapa pendukung antara
lain adalah strategi, media dan metode yang tepat demi keberhasilan
tujuan promosi kesehatan seta tidak lupa untuk melakukan ADVOKASi atau
SOSIALISASI kepada tokoh masrakat atau pmpinan masyarakat agar SK yang telah
dibuat dapat terlasanakan. Strategi yang dapat dilakukan antara lain dengan
advokasi, bina suasana serta pemberdayaan masyarakat. Media yang dapat
digunakan adalah multimedia, media elektronik dan non-elektronik. Metode yang
dapat digunakan adalah pemantauan pelaksanaan program promkes serta wawancara
terstruktur. Beberapa hal lain yang dapat dilakukan antara lain adalah memeperhitungkan
biaya dalam pelaksanaan, melibatkan bidang lain selain promkes, memberikan
ruang khusus terhadap perokok, mengkomunikasikan kawasan bebas asap rokok
dengan menggunakan media iklan, leaflet dll ataupun public figure yang disegani
masyarakat.
Secara lebih rinci, agar
dapat mendemonstrasikan penerapan
strategi promkes melalui advokasi, kmunikasi networking, pemasaran sosial dan
belajar mengajar, mengenali permasalahan serta pencegahan dalam promkes serta
memiliki keterampilan dalam berkomunikasi yang efektif.
Advokasi
adalah langkah awal dalam melakukan implementasi promosi kesehatan karena advokasi
adalah kombinasi kegiatan individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh
komitmen politis, dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang
mendukung tujuan atau program kesehatan tertentu. Dalam bidang kesehatan
advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen atau dukungan dalam bidang
kesehatan, atau yang mendukung pengembangan lingkungan dan perilaku sehat
(DEPKES, 2007).
2.5
EVALUASI
Berdasarkan perjalanan dari blok 1
sampai dengan 4, akhirnya penulis lebih
dapat memahami bahwa melaksanakan program promosi kesehatan memerlukan
perencanaan dan pengelolaan yang cermat, terutama bila ingin mendapatkan bukti
keberhasilan program promosi kesehatan yang dilaksanakan. Monitoring yang telah
dilaksanakan pada pertengahan program
yang lalu menunjukkan beberapa kegiatan yang harus ditinjau dan disempurnakan,
termasuk kemungkinan adanya kegiatan yang mungkin tidak jadi dilaksanakan.
Dalam rapat monitoring program
promosi kesehatan untuk mengubah kebiasaan merokok, pelaku promkes
mengidentifikasi beberapa program yang memerlukan monitoring lebih detail,
seperti pemberian teguran yang bagi perokok yang ketahuan merokok, penayangan
iklan di radio FM dan penyebaran leaflet dan flyer, serta penerapan materi PHBS
dalam kurikulum sekolah. Menurut materi yang dipelajari pelaku promkes pada
pelatihan promosi kesehatan tahun lalu, detail monitoring akan membantu
evaluasi hasil program nantinya.
Selanjutnya, pelaku promkes yang juga baru saja mendapatkan tambahan pemahaman
tentang kerangka evaluasi program promosi kesehatan versi CDC dan dimensi
RE-AIM dalam seminar jarak jauh yang diikutinya ingin menerapkan hal-hal
tersebut untuk melakukan evaluasi untuk program yang telah dilakukan. Apalagi
pada rapat tersebut juga dibahas munculnya pertanyaan dari salah satu sasaran
program di tengah kegiatan pemantauan rutin: “Apakah kegiatan untuk perubahan kebiasaan merokok
tersebut efektif dan efisien?”.
Untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan tersebut, dalam pertemuan, pelaku promkes menyatakan bahwa evaluasi
program kegiatan harus segera direalisasikan sesuai dengan rencana. Anggota
rapat yang terdiri dari para koordinator kegiatan mengusulkan untuk mengundang
kembali konsultan, agar mereka dapat merancang program evaluasi yang
sesuai, serta tepat sasaran dan
waktunya. Selain itu, salah satu anggota rapat juga mengingatkan bahwa semua
koordinator kegiatan harus meninjau kembali tujuan program yang telah
ditetapkan di awal, agar kegiatan evaluasi program dapat menjelaskan
ketercapaian tujuan program tersebut. Menurut anggota rapat yang mengusulkan
hal tersebut, langkah tersebut merupakan salah satu penerapan filosofi evaluasi
program promosi kesehatan. Berdasarkan rapat pemantauan tersebut, pelaku
promkes merencanakan untuk menggelar kembali rapat koordinasi dengan konsultan.
Rapat koordinasi di Dinas kesehatan
atas usulan tim pelaksana program promosi kesehatan untuk penghentian kebiasaan
merokok baru saja dilaksanakan dan pelaku promkes sedang menyimak notulen hasil
rapat. Di dalam notulen rapat disebutkan beberapa usulan konsultan dan anggota
rapat.
Pertama yang diusulkan dalam rapat
tersebut adalah evaluasi program yang akan dirancang harus meliputi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan, mulai dari pelaksanaan hukuman teguran pada
perokok yang ketahuan merokok, pemasangan billboard,
penayangan pesan promosi kesehatan melalui radio FM, penyebaran leaflet dan flyer, serta integrasi materi PHBS ke dalam kurikulum sekolah.
Usulan ke dua adalah peninjauan kembali tujuan program, agar rancangan evaluasi
dapat memperoleh jawaban atas tercapai tidaknya tujuan tersebut, sehingga dapat
disusun instrumen yang tepat. Konsultan menambahkan bahwa indikator
keberhasilan hendaknya ditetapkan berdasarkan tujuan program. Usulan ke tiga
adalah berasal dari konsultan, mengingat tujuan program promosi kesehatan yang
ingin dicapai ada beberapa dan strategi promosi cukup beragam, maka pelaksana
program perlu meninjau kembali evaluasi program berdasarkan rancangan
epidemiologis dan penelitian sosial.
Selain itu konsultan juga menambahkan perlunya kajian efektivitas penerapan
kawasan merokok sebagai salah satu kebijakan berwawasan kesehatan yang telah
dilakukan.
Pelaku promkes juga ingat bahwa
konsultan mengatakan bahwa evaluasi program promosi kesehatan dapat dilakukan
dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Selain itu ada sedikit perbedaan
dalam melakukan evaluasi program terhadap beberapa strategi promosi kesehatan,
sehingga rancangan evaluasi program promosi kesehatannya harus benar-benar
disusun secara tepat dan detail.
Lebih lanjut pelaku promkes juga ingin menerapkan kerangka evaluasi program
promosi kesehatan versi CDC dan dimensi RE-Aim dalam melakukan evaluasi program
promosi kesehatan yang telah dilakukan.
Oleh karena pelaku promkes
menginginkan program promosi kesehatan untuk mengubah kebiasaan merokok ini disusun
sempurna, pertemuan lanjutan khusus dengan Anda sebagai konsultan evaluasi
program dan para koordinator kegiatan akan dilaksanakan minggu depan. Namun
demikian, pelaku promkes ingin bertemu dengan Anda untuk membahas dahulu secara
rinci hasil rapat koordinasi dan merancang draft evaluasi program sebelum
pertemuan dengan para koordinator setiap kegiatan. Pelaku promkes juga ingin
pada saat rapat dengan para koordinator nanti paling tidak rancangan instrumen
evaluasi sudah ada garis besarnya.
Kembali pada skenario unit belajar
2, pertemuan dengan Anda sebagai konsultan evaluasi program promosi kesehatan
telah dilakukan. Sebagai konsultan, Anda
mengusulkan bahwa penyusunan rancangan evaluasi program promosi kesehatan
harus juga mencakup rancangan analisis yang akan dilakukan terhadap data yang
dikumpulkan. Selain itu Anda juga mengingatkan pelaku promkes untuk mulai
menyusun “out-line” laporan dan memikirkan keterkaitan antara hasil evaluasi
program yang akan dilakukan dengan keberlangsungan program tersebut. Sebagai
konsultan, Anda juga menambahkan bahwa untuk mengubah kebiasaan atau perilaku
membutuhkan program yang berkesinambungan. Anda juga menggarisbawahi bahwa evaluasi program yang
dilakukan ini sebaiknya digunakan untuk memperbaiki dan mengembangkan program
promosi kesehatan berikutnya.
Pelaku promkes kembali mengadakan
pertemuan dengan para koordinator kegiatan promosi kegiatan untuk pengubahan
kebiasaan merokok dengan membawa draft rancangan evaluasi program promosi
kesehatan berdasarkan hasil pertemuan dengan Anda sebagai konsultan evaluasi
program promosi kesehatan. Sebelum pelaku promkes memaparkan draft rancangan
evaluasi program tersebut, pelaku promkes meminta setiap koordinator untuk
memberikan usulan evaluasi program promosi kesehatan sesuai dengan bidang
kegiatannya. Sekali lagi pelaku
promkes menekankan pentingnya penggunaan kerangka evaluasi program promosi
kesehatan versi CDC dan dimensi RE-AIM sebagai dasar evaluasi program yang akan
dilaksanakan.
Koordinator kegiatan pelaksanaan hukuman
teguran pada perokok yang ketahuan merokok mengusulkan evaluasi kualitatif dan
kuantitatif, berdasar
metode penelitian sosial dan kebijakan, mengingat pelaksanaan hukuman
merupakan penerapan kebijakan. Sementara itu koordinator pemasangan billboard
masih bingung terhadap indikator keberhasilan, apalagi rancangan dan
instrumennya. Koordinator program promosi kesehatan melalui radio FM telah
merencanakan penggunaan instrumen survei, sehingga pendekatannya menurut
koordinator tersebut adalah lebih pada kuantitatif. Koordinator pelaksanaan
promosi kesehatan di sekolah telah berbicara dengan beberapa sekolah dan ada
kemungkinan yang dilakukan adalah survei untuk mengetahui perubahan pengetahuan
dan status merokok siswa selama kurang lebih 1 tahun program tersebut telah
berjalan. Pihak sekolah mengijinkan untuk dilaksanakan survei tersebut. Ada
usulan dari salah satu anggota rapat untuk menambahkan evaluasi kualitatif,
terutama pada kurikulum PHBS yang diterapkan, karena menurut pengusul tersebut,
masukan dalam evaluasi kualitatif akan lebih kaya daripada evaluasi kuantitatif
dan lebih dapat digunakan untuk perbaikan program selanjutnya. Terakhir
koordinator kegiatan penyebaran leaflet
dan flyer masih juga sedikit
kebingungan seperti halnya koordinator kegiatan pemasangan billboard.
Setelah mendengar pemaparan para
koordinator program, pelaku promkes menyatakan terima kasih atas usaha dan
usulnya dan bagi yang belum dapat memberikan usulan tidak perlu kuatir, karena pelaku
promkes tetap mengikutsertakan konsultan dalam evaluasi programnya. Pelaku
promkes kemudian memaparkan hasil pertemuannya dengan Anda sebagai konsultan.
Pada pemaparannya tersebut, pelaku promkes mengemukakan ada beberapa indikator
umum yang akan ditetapkan, seperti pemahaman masyarakat terhadap adanya
kebijakan kawasan tanpa rokok, penerimaan dan kepatuhan perokok terhadap
penerapan kawasan tanpa rokok. Selain indikator umum tersebut, pelaku promkes
bersama seluruh koordinator kegiatan akan menetapkan indikator khusus, yang
dapat diukur melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kepada pengusul
kegiatan survei, pelaku promkes mengingatkan untuk segera menyusun instrumen
serta rancangan analisis datanya, demikian pula usulan uji statistiknya. Kepada
pengusul kegiatan evaluasi kualitatif, pelaku promkes juga meminta hal yang
sama, mereka diminta membuat rancangan sampai dengan rancangan analisis data
kualitatifnya.
Kepada yang belum mengusulkan
rancangan kegiatan evaluasi programnya pelaku promkes meminta pertemuan khusus
dengan mengundang Anda sebagai konsultan untuk membantu mereka. Sementara
pertemuan selanjutnya dengan semua koordinator kegiatan setelah mereka menyusun
rancangan evaluasi akan dilaksanakan setelah pertemuan khusus tersebut. Sebagai
konsultan Anda tetap diundang untuk memberikan masukan pada rancangan evaluasi
program yang umum dan per detail kegiatan,
terutama rancangan analisis dan
interpretasi hasilnya, baik kuantitatif maupun kualitatif, serta pendekatan metode
epidemiologi, ilmu sosial dan kebijakan sebagai landasannya.
Secara lebih rinci, pembelajaran ini bertujuan
untuk menguasai filosofi
dasar program promosi kesehatan dimana dilamnya terdapat beberapa tahapan yang
salah satunya adalah evaluasi program. Dalam melakukan evaluasi program
diperlukan beberapa tahapan. Salah satunya adalah melakukan rancangan metode
yang akan digunakan dalam evaluasi program apakah akan dilakukan dengan metode
kuantitaif atau kualitatif. Tentunya jika sudah ditentukan metode yang
digunakan maka didalamnya terdapat instrument pengukuran terhadap evaluasi
program yang telah dilaksanakan pada tahapan implementasi maupun dari awal
dilakukannya program promosi kesehatan. Tidak lupa untuk melihat kembali
indicator yang akan digunakan dalam pengukuran pencapaian keberhasilan program
promkes serta ketepatan apakah program telah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dalam evaluasi program promosi kesehatan tentunya tidak luput dari penggunaan
statistic karena metedo yang digubnakan salah satunya adalah kuantitatif serta
pendekatan metode penelitian sosial metode kualitatif untuk mengukur
keberhasilan program. Di akhir program tentunya akan menghasilkan sesuatu yang
dapat dilihat dalam bentuk laporan akhir yanterdiri dari :
a.
Latar Belakang Masalah
b.
Rumusan Masalah
c.
Tujuan
d.
Manfaat
e.
Landasan Teori
f.
Kerangka Konsep
g.
Hipotesis
h.
Rancangan Penelitian
i.
Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
j.
Analisis Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
k.
Proses Pelaksanaan Kegiatan
l.
Evaluasi Kegiatan
m.
Hasil dan Pembahasan
n.
Kesimpulan
o.
Rekomendasi
p.
Referensi
q.
Lampiran (instrumen evaluasi dan instrumen intervensi,
data (transkrip, output statistik), dan dokumentasi)
PERNYATAAN
KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini
adalah saya, mahasiswa minat Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku, menyatakan
dengan sesungguhnya bahwa pekerjaan tugas blok tersebut diatas adalah
benar-benar hasil pekerjaan saya pribadi dan bukan hasil pekerjaan menyalin, atau
meniru keseluruhan maupun sebagian hasil pekerjaan teman atau orang lain.
Apabila saya sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut diatas, maka
saya bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap
tidak mengumpulkan tugas tersebut. Selain itu jika naskah yang sama, baik
keseluruhan atau sebagian, keduanya dianggap
tidak mengumpulkan tugas.
Yang
membuat pernyataan
RADEN SURAHMAT
(12131011115)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar